Sabtu, 29 Juni 2013

Rancadarah


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asal-usul Rancadarah” ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Makalah ini saya susun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Khazanah Sastra Nusantara pada semester II tahun ajaran 2012 / 2013. Saya menyadari bahwa saya masih dalam tahap pembelajaran. Oleh karena itu, saya mohon maaf apabila masih terdapat banyak kesalahan dan kekeliruan dalam makalah ini. Maka dari itu, saya mengharapkan adanya kritikan dan saran dari pembaca sebagai masukan bagi saya demi kesempurnaan makalah ini.
Ucapan terima kasih saya tujukan kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam menyusun makalah ini sampai makalah ini dapat diselesaikan dengan baik, walaupun masih terdapat kekurangan-kekurangan didalamnya.
            Harapan saya, makalah ini dapat bermanfaat bagi semua yang membacanya.


Purwokerto, 22 Juni 2013


Penyusun





DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR                       ...............................................................         1
DAFTAR ISI                                      …………………………………………        2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang                              …………………………………………        3
1.2 Rumusan dan Batasan masalah     …………………………………………        4
1.3 Tujuan                                           …………………………………………        4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Cerita asal-usul rancadarah           …………………………………………        5
2.2 Komentar                                      …………………………………………        7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan                                   …………………………………………        8
3.2 Kritik dan Saran                            …………………………………………        8
DAFTAR PUSTAKA                                    …………………………………………        9








BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kabupaten Purwakarta adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Kabupaten Purwakarta berada pada titik-temu koridor utama lalu-lintas yang sangat strategis, yaitu Purwakarta-Jakarta, Purwakarta-Bandung, dan Purwakarta-Cirebon. Keindahan Kota Purwakarta menyimpan banyak cerita dan sejarah yang menarik untuk ditelusuri, rancadarah adalah salah satunya. Rancadarah ini berada dikawasan Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta yang mungkin banyak yang orang belum tahu, daerah ini memiliki sejarah dan sastra lisan yang kental.

Rancadarah adalah nama suatu tempat yang terletak anatara Purwakarta dan Wanayasa. Ranca kalau diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia artinya adalah Rawa. Rancadarah berarti Rawadarah.

Dalam pembahasan  makalah ini, disajikan cerita sastra lisan tentang Rancadarah yang berisi cerita asal-usul Rancadarah, dan komentar penulis mengenai cerita sastra lisan tersebut.







1.2 Rumusan dan Batasan masalah

a.       Bagaimana isi cerita asal-usul rancadarah?
b.      Bagaimana komentar penulis mengenai cerita asal-usul rancadarah?


1.3 Tujuan

a.       Mengetahui lebih dalam sastra lisan, untuk menapaki sejarah jejak masa lampau didaerah Purwakarta.
b.      Menambah ilmu pengetahuan mengenai sastra lisan.
c.       Mengetahui cerita asal-usul rancadarah yang menjadi cerita sastra lisan khusunya didaerah Purwakarta.














BAB II
 PEMBAHASAN

2.1 Cerita Asal-usul Rancadarah

ASAL-USUL RANCADARAH

Pada zaman dahulu ketika Indonesia sedang dijajah oleh Belanda, kira-kira sekitar tahun 1710, Belanda yang dalam hal ini adalah VOC menjadikan Wanayasa sebagai daerah cabang perkebunan teh, sedangkan daerah pusat perkebunan teh tersebut berada di Purwakarta. Luas daerah perkebunan cabang teh milik VOC ini hampir meliputi seluruh Wilayah Wanayasa, yang lebih tepatnya perkebunan teh tersebut berada di Desa Babakan dan Desa Pusakamulya. Teh Wanayasa ini dikenal juga dengan nama teh jawa, yaitu teh yang kecil baik pohonnya maupun daunnya.
Para pekerja perkebunan teh baik yang berada di Wanayasa maupun Purwakarta kebanyakan adalah Orang Tionghoa yang berasal dari Makao. Para pekerja asal Tionghoa ini bermukin dibawah kaki Gunung Burangrang yang sekarang dikenal dengan nama Pasir Cina. Teh-teh yang ada di Wanayasa kemudian dikirim ke Purwakarta untuk dikumpulkan dan diolah secukupnya sampai bisa dikirim ke kota-kota besar bahkan ke negara yang lain. Yang namanya penjajah, yang ada dalam fikirannya hanya keuntungan saja, sehingga pekerja-pekerja perkebun teh yang berada di daerah Wanayasa maupun Purwakarta yang berasal dari Makao itu tidak mendapatkan upah atau bahkan sampai tidak dibayar. Banyak potongan-potongan uang yang diterima dan bahkan denda yang harus orang-orang Tionghoa itu bayar.
Akhirnya setelah sekian lama mengalami penderitaan dari VOC, para pekerja perkebunan teh mulai mengadakan perlawanan. Para pekerja perkebunan teh yang berasal dari daerah Wanayasa dan Purwakarta mangadakan perundingan perlahan-lahan seteliti mungkin. Mereka berniat membuat kerusuhan bersama-sama. Pada hari yang telah ditetapkan sebelumnya,  

terjadilah kerusuhan besar-besaran di Daerah Wanayasa dan Purwakarta. Gedung-gedung tempat para penjajah dibakar, dan banyak orang-orang Belanda yang dibunuh.
Kepala pengurus perkebunan teh yang berada di Daerah Wanayasa, yang bernama Sheper Leau menjadi benci terhadap kerusuhan itu, akibatnya dia dipukuli dan dilempari batu oleh orang-orang Tionghoa sampai meninggal, dan mayatnya dibuang kedalam hutan, sampai sekarang hutan itu dikenal dengan sebutan Hutan Ciperlaw. Tempat mayat tersebut diberi ciri dengan batu besar yang sampai sekarang dikenal dengan “Batu Tanceb” (bahasa Indonesianya Tancap) yang berada di Desa Cibeber, Kecamatan Kiarapedes.
Orang-orang Tionghoa yang berada di Wanayasa beramai-ramai pergi menuju Purwakarta, mereka berniat menyatukan tenaga dengan tujuan bisa mengalahkan para penjajah Belanda. Ditengah-tengah perjalanan yang tepatnya di tanjakan Pasirpanjang (yang panjang sekali, kurang lebih ada 3 Km), rombongan-rombongan pekerja perkebunan teh itu bertemu dengan pasukan VOC dari Purwakarta yang bermaksud meredam kerusuhan yang terjadi didaerah Wanayasa.
Pada saat itu juga terjadilah pertempuran antara para pekerja perkebunan teh yang berasal dari Tionghoa dengan pasukan VOC, pertempuran yang sudah tidak bisa lagi membedakan antara kawan dengan lawan, pertempuran yang sudah tidak ingat menang ataupun kalah, yang dipentingkan adalah mengikuti hawa napsu mereka atas kekesalannya selama itu. Banyak sekali korban yang berjatuhan dimana-mana, sampai sepanjang jalan yang jauhnya kira-kira setengah kilometer penuh oleh mayat-mayat yang bergeletakan, darah berceceran dimana-mana hingga sampai menyerupai seperti rawa-rawa.
Semenjak itu, daerah tanjakan Pasirpanjang dikenal dengan sebutan Rancadarah alias Rawadarah.





2.2 Komentar
Cerita asal-usul rancadarah ini memang sastra lisan yang berada di Daerah Kota Purwakarta, namun cerita ini masih banyak simpang siur antara satu orang dengan yang lainnya dikarenakan mereka mendengar cerita asal-usul rancadarah ini dari orang tua mereka masing-masing yang tentu berbeda-beda dalam membawakan ceritanya, terkadang ada yang melebih-lebihkan dalam ceritanya atau bahkan ada yang mengurangi isi ceritanya.
Dalam cerita asal-usul rancadarah ini terdapat banyak  amanat yang dapat diambil dan bisa dipelajari. Pertama dari orang-orang VOC Belanda yang menjajah bangsa kita yaitu Indonesia, keserakahan para penjajah yang hanya mengikuti hawa napsunya untuk memiliki berdampak pada diri mereka sendiri, mereka tidak sadar bahwa akibat dari mengikuti hawa napsunya itu adalah nyawa mereka sendiri. Kedua dari kepala pengurus perkebunan teh yaitu Sheper Leau yang memperlihatkan kebenciannya, dia tidak sadar bahwa para pekerja perkebunan teh lebih besar bencinya dari dia, hingga akhirnya dia meninggal. Ketiga dari para pekerja perkebunan teh dari Wanayasa, mereka tidak dapat mengendalikan hawa napsu mereka sehingga dalam pertempuran itu mereka tidak menyadari lagi mana kawan mereka dan mana lawan mereka, sehingga banyak kawan mereka yang mati sia-sia.
Pertempuran itu sesungguhnya tidaklah perlu terjadi jika diantara kedua belah pihak tidak ada yang merasa dirugikan dan saling mempercayai antara satu sama lain. Dan sampai sekarang daerah rancadarah menjadi daerah yang angker untuk dilalui karena banyak korban yang kecelakaan di daerah tersebut yang langsung mati dan bahkan sampai ada yang hilang tidak ditemukan kembali jasadnya.







BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Rancadarah adalah nama suatu tempat yang terletak anatara Purwakarta dan Wanayasa. Ranca kalau diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia artinya adalah Rawa. Rancadarah berarti Rawadarah. Rancadarah adalah sebuah tanjakan pasirpanjang yang dulunya ditempat itu terjadi pertempuran antara para pekerja perkebunan teh yang ada di Daerah Wanayasa dengan pasukan VOC dari Purwakarta yang mengakibatkan banyak korban yang meninggal dan banyak berceceran darah yang katanya mencapai lutut. Pertempuran itu terjadi karena para penjajah belanda tidak membayar upah para pekerja perkebunan teh yang ada di Daerah Wanayasa maupun Purwakarta, bahkan mereka diharuskan membayar denda
Dalam cerita asal-usul rancadarah ini dapat disimpulkan, sebaiknya kita harus lebih bisa mengendalikan hawa napsu kita dalam menyelesaikan masalah ataupun dalam kehidupan kita sehari-hari, jika kita tetap mengikuti hawa napsu kita, bisa-bisa kita bisa celaka dalam hidup ini.


3.2 Kritik dan Saran
a.       Selalu mengikuti hawa nafsu tidak baik dalam kehidupan ini.
b.      Tetap melestarikan kebudayaan sastra melayu klasik yang sudah ada.
c.       Dengan membaca cerita asal-usul rancadarah ini dapat menambah wawasan tentang sastra melayu klasik yang ada di Purwakarta.



DAFTAR PUSTAKA