KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asal-usul Rancadarah” ini dengan
baik dan tepat pada waktunya.
Makalah
ini saya susun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Khazanah Sastra Nusantara
pada semester II tahun ajaran 2012 / 2013. Saya menyadari bahwa saya masih
dalam tahap pembelajaran. Oleh karena itu, saya mohon maaf apabila masih
terdapat banyak kesalahan dan kekeliruan dalam makalah ini. Maka dari itu, saya
mengharapkan adanya kritikan dan saran dari pembaca sebagai masukan bagi saya
demi kesempurnaan makalah ini.
Ucapan
terima kasih saya tujukan kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
menyusun makalah ini sampai makalah ini dapat diselesaikan dengan baik,
walaupun masih terdapat kekurangan-kekurangan didalamnya.
Harapan
saya, makalah ini dapat bermanfaat bagi semua yang membacanya.
Purwokerto, 22 Juni 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................... 1
DAFTAR ISI ………………………………………… 2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ………………………………………… 3
1.2 Rumusan dan Batasan masalah ………………………………………… 4
1.3 Tujuan ………………………………………… 4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Cerita
asal-usul rancadarah ………………………………………… 5
2.2 Komentar ………………………………………… 7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan ………………………………………… 8
3.2 Kritik dan
Saran ………………………………………… 8
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………… 9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kabupaten Purwakarta adalah sebuah kabupaten di
Provinsi Jawa Barat. Kabupaten Purwakarta berada pada titik-temu koridor utama
lalu-lintas yang sangat strategis, yaitu Purwakarta-Jakarta,
Purwakarta-Bandung, dan Purwakarta-Cirebon. Keindahan Kota Purwakarta menyimpan
banyak cerita dan sejarah yang menarik untuk ditelusuri, rancadarah adalah
salah satunya. Rancadarah ini berada dikawasan Kecamatan Wanayasa Kabupaten
Purwakarta yang mungkin banyak yang orang belum tahu, daerah ini memiliki
sejarah dan sastra lisan yang kental.
Rancadarah adalah nama suatu tempat yang terletak
anatara Purwakarta dan Wanayasa. Ranca kalau diterjemahkan kedalam bahasa
Indonesia artinya adalah Rawa. Rancadarah berarti Rawadarah.
Dalam pembahasan
makalah ini, disajikan cerita sastra lisan tentang Rancadarah yang
berisi cerita asal-usul Rancadarah, dan komentar penulis mengenai cerita sastra
lisan tersebut.
1.2 Rumusan dan Batasan masalah
a. Bagaimana
isi cerita asal-usul rancadarah?
b. Bagaimana
komentar penulis mengenai cerita asal-usul rancadarah?
1.3 Tujuan
a. Mengetahui
lebih dalam sastra lisan, untuk menapaki sejarah jejak masa lampau didaerah
Purwakarta.
b. Menambah
ilmu pengetahuan mengenai sastra lisan.
c. Mengetahui
cerita asal-usul rancadarah yang menjadi cerita sastra lisan khusunya didaerah
Purwakarta.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Cerita Asal-usul Rancadarah
ASAL-USUL
RANCADARAH
Pada
zaman dahulu ketika Indonesia sedang dijajah oleh Belanda, kira-kira sekitar
tahun 1710, Belanda yang dalam hal ini adalah VOC menjadikan Wanayasa sebagai
daerah cabang perkebunan teh, sedangkan daerah pusat perkebunan teh tersebut
berada di Purwakarta. Luas daerah perkebunan cabang teh milik VOC ini hampir
meliputi seluruh Wilayah Wanayasa, yang lebih tepatnya perkebunan teh tersebut
berada di Desa Babakan dan Desa Pusakamulya. Teh Wanayasa ini dikenal juga
dengan nama teh jawa, yaitu teh yang kecil baik pohonnya maupun daunnya.
Para
pekerja perkebunan teh baik yang berada di Wanayasa maupun Purwakarta
kebanyakan adalah Orang Tionghoa yang berasal dari Makao. Para pekerja asal
Tionghoa ini bermukin dibawah kaki Gunung Burangrang yang sekarang dikenal
dengan nama Pasir Cina. Teh-teh yang ada di Wanayasa kemudian dikirim ke Purwakarta
untuk dikumpulkan dan diolah secukupnya sampai bisa dikirim ke kota-kota besar bahkan
ke negara yang lain. Yang namanya penjajah, yang ada dalam fikirannya hanya
keuntungan saja, sehingga pekerja-pekerja perkebun teh yang berada di daerah
Wanayasa maupun Purwakarta yang berasal dari Makao itu tidak mendapatkan upah
atau bahkan sampai tidak dibayar. Banyak potongan-potongan uang yang diterima
dan bahkan denda yang harus orang-orang Tionghoa itu bayar.
Akhirnya
setelah sekian lama mengalami penderitaan dari VOC, para pekerja perkebunan teh
mulai mengadakan perlawanan. Para pekerja perkebunan teh yang berasal dari
daerah Wanayasa dan Purwakarta mangadakan perundingan perlahan-lahan seteliti
mungkin. Mereka berniat membuat kerusuhan
bersama-sama. Pada hari yang telah ditetapkan sebelumnya,
terjadilah
kerusuhan besar-besaran di Daerah Wanayasa dan Purwakarta. Gedung-gedung tempat
para penjajah dibakar, dan banyak orang-orang Belanda yang dibunuh.
Kepala
pengurus perkebunan teh yang berada di Daerah Wanayasa, yang bernama Sheper
Leau menjadi benci terhadap kerusuhan itu, akibatnya dia dipukuli dan dilempari
batu oleh orang-orang Tionghoa sampai meninggal, dan mayatnya dibuang kedalam
hutan, sampai sekarang hutan itu dikenal dengan sebutan Hutan Ciperlaw. Tempat
mayat tersebut diberi ciri dengan batu besar yang sampai sekarang dikenal
dengan “Batu Tanceb” (bahasa Indonesianya Tancap) yang berada di Desa Cibeber,
Kecamatan Kiarapedes.
Orang-orang
Tionghoa yang berada di Wanayasa beramai-ramai pergi menuju Purwakarta, mereka
berniat menyatukan tenaga dengan tujuan bisa mengalahkan para penjajah Belanda.
Ditengah-tengah perjalanan yang tepatnya di tanjakan Pasirpanjang (yang panjang
sekali, kurang lebih ada 3 Km), rombongan-rombongan pekerja perkebunan teh itu
bertemu dengan pasukan VOC dari Purwakarta yang bermaksud meredam kerusuhan
yang terjadi didaerah Wanayasa.
Pada
saat itu juga terjadilah pertempuran antara para pekerja perkebunan teh yang
berasal dari Tionghoa dengan pasukan VOC, pertempuran yang sudah tidak bisa
lagi membedakan antara kawan dengan lawan, pertempuran yang sudah tidak ingat
menang ataupun kalah, yang dipentingkan adalah mengikuti hawa napsu mereka atas
kekesalannya selama itu. Banyak sekali korban yang berjatuhan dimana-mana,
sampai sepanjang jalan yang jauhnya kira-kira setengah kilometer penuh oleh
mayat-mayat yang bergeletakan, darah berceceran dimana-mana hingga sampai
menyerupai seperti rawa-rawa.
Semenjak
itu, daerah tanjakan Pasirpanjang dikenal dengan sebutan Rancadarah alias
Rawadarah.
2.2 Komentar
Cerita
asal-usul rancadarah ini memang sastra lisan yang berada di Daerah Kota
Purwakarta, namun cerita ini masih banyak simpang siur antara satu orang dengan
yang lainnya dikarenakan mereka mendengar cerita asal-usul rancadarah ini dari
orang tua mereka masing-masing yang tentu berbeda-beda dalam membawakan
ceritanya, terkadang ada yang melebih-lebihkan dalam ceritanya atau bahkan ada
yang mengurangi isi ceritanya.
Dalam
cerita asal-usul rancadarah ini terdapat banyak
amanat yang dapat diambil dan bisa dipelajari. Pertama dari orang-orang
VOC Belanda yang menjajah bangsa kita yaitu Indonesia, keserakahan para
penjajah yang hanya mengikuti hawa napsunya untuk memiliki berdampak pada diri
mereka sendiri, mereka tidak sadar bahwa akibat dari mengikuti hawa napsunya
itu adalah nyawa mereka sendiri. Kedua dari kepala pengurus perkebunan teh
yaitu Sheper Leau yang memperlihatkan kebenciannya, dia tidak sadar bahwa para
pekerja perkebunan teh lebih besar bencinya dari dia, hingga akhirnya dia
meninggal. Ketiga dari para pekerja perkebunan teh dari Wanayasa, mereka tidak
dapat mengendalikan hawa napsu mereka sehingga dalam pertempuran itu mereka
tidak menyadari lagi mana kawan mereka dan mana lawan mereka, sehingga banyak
kawan mereka yang mati sia-sia.
Pertempuran
itu sesungguhnya tidaklah perlu terjadi jika diantara kedua belah pihak tidak
ada yang merasa dirugikan dan saling mempercayai antara satu sama lain. Dan sampai
sekarang daerah rancadarah menjadi daerah yang angker untuk dilalui karena
banyak korban yang kecelakaan di daerah tersebut yang langsung mati dan bahkan
sampai ada yang hilang tidak ditemukan kembali jasadnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Rancadarah
adalah nama suatu tempat yang terletak anatara Purwakarta dan Wanayasa. Ranca
kalau diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia artinya adalah Rawa. Rancadarah
berarti Rawadarah. Rancadarah adalah sebuah tanjakan pasirpanjang yang dulunya
ditempat itu terjadi pertempuran antara para pekerja perkebunan teh yang ada di
Daerah Wanayasa dengan pasukan VOC dari Purwakarta yang mengakibatkan banyak
korban yang meninggal dan banyak berceceran darah yang katanya mencapai lutut.
Pertempuran itu terjadi karena para penjajah belanda tidak membayar upah para
pekerja perkebunan teh yang ada di Daerah Wanayasa maupun Purwakarta, bahkan
mereka diharuskan membayar denda
Dalam
cerita asal-usul rancadarah ini dapat disimpulkan, sebaiknya kita harus lebih
bisa mengendalikan hawa napsu kita dalam menyelesaikan masalah ataupun dalam
kehidupan kita sehari-hari, jika kita tetap mengikuti hawa napsu kita,
bisa-bisa kita bisa celaka dalam hidup ini.
3.2 Kritik dan Saran
a. Selalu
mengikuti hawa nafsu tidak baik dalam kehidupan ini.
b. Tetap
melestarikan kebudayaan sastra melayu klasik yang sudah ada.
c. Dengan
membaca cerita asal-usul rancadarah ini dapat menambah wawasan tentang sastra
melayu klasik yang ada di Purwakarta.
DAFTAR
PUSTAKA